Minggu, 07 September 2014

Latihan Nahwu Shorof

Latihan Nahwu Shorof dengan melihat ayat Al-Qur'an, Juz 4_ Suraah Ali Imran_ayat 92

Perhatikan ayat dibawah (Al-Quran, Juz 4_Surah Ali Imran_ayat 92)

Tinjaulah secara nahwu shorof!

Bismillahirrahmanirrahiim..

لـَنْ تَنَالُوْا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ

وَ مَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْئٍ فَاِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيْمٌ


Lan tanaluu birro hatta tunfiquu mimmaa tuhibbuuna wa maa tunfiquu min syai'in fa innAllaha bihi 'aliimun

Jawaban:
A. TINJAUAN SHOROF
Panduan: Lihat Bab 1- Part2 Kaidah Umum Bentukan Kata


BAB 1, Kaidah Umum - Mengenal Bentuk Kata, Part 2

II. PERUBAHAN SHOROF



TSULASI MUJARRAD


POLA PERUBAHAN WAZAN dari FIIL MADHY ke FIIL MUDHORI


TASHRIF FIIL SHAHIH



TSULASI MAZID

TSULASI MAZID 1 huruf, bag-1

TSULASI MAZID 1 huruf, bag-2

TSULASI MAZID 1 huruf, bag-3


TSULASI MAZID 2 huruf


TSULASI MAZID 3 huruf


RUBAIY



List Pelajaran Nahwu Shorof (secara berurutan):1. Kita tinjau perubahan نَالَ dan [بَرَّ [ بَرْرَ serta [شَاءَ [شيئ pada Tsulasi Mujarrad.

نَالَ (Fiil Madhy) -- يَنَالُ (Fiil Mudhari) -- نَيْلاً (Isim Masdhar)

telah memperoleh -- sdg/akan memperoleh -- perolehan
(kata kerja lampau) --( kata kerja saat ini/akan datang) -- (kata benda)


بَرْرَ ] بَرَّ ] (Fiil Madhy) -- يَبِرُّ (Fiil Mudhari) -- بِرًّا (Isim Masdhar)

kata ini sebenarnya mempunyai arti yg lain, yaitu daratan . Dlm konteks di ayat ini, yg dimaksudkan adalah kebaikan yg luas. Bentuk Isim Masdhar nya berarti: kebaikan yg luas

[شَاءَ [شيئ (Fiil Madhy) -- يَشِيْئُ (Fiil Mudhari) -- شَيْءً (Isim Masdhar)

telah menghendaki [sesuatu] -- sdg/akan menghendaki [sesuatu] -- sesuatu
(kata kerja lampau) -- (kata kerja saat ini/akan datang) -- (kata benda)


Pola perubahan di Tashrif Fiil Shahih Fiil Mudhori Tsulasih Mujarrad

maka untuk يَنَالُ dapat dilihat pada berikut ini:

يَنَالُ -- يَنَالاَنِ -- يَنَالُوْنَ -- تَنَلُ -- تَنَالاَنِ -- يَنَالْنَ

تَنَالُ -- تَنَالاَنِ -- تَنَلُوْنَ -- تَنَالِيْنَ -- تَنَالاَنِ -- تَنَالْنَ

َأَ نَلُ -- نَنَالُ


Sehingga, bentuk orang kedua jama' utk fiil mudhori يَنَالُ adalah تَنَـلـُوْنَ yg artinya: kalian sdg/akan memperoleh

2. Tentang Mimma, berasal dari Min Maa
مِنْ مَا --> مِمَّا
arti: dari sesuatu

3. Berikut perhatikan pola perubahan pada Tsulasi Mazid 1 huruf bagian pertama


Utk Fiil bentuk asal نَفَقَ [Tsulasi Mujarrad, Fiil Madhi] (arti: telah meng-infak). Jika di ubah mengikuti perubahan di Tsulasi Mazid 1huruf - bag ke-1, maka akan menjadi:

أَ نْفَقَ (Fiil Madhy) -- يُِنْفِقُ (Fiil Mudhari) -- إِ نْفَاقًـا (Isim Masdhar)
telah meng-infak -- sdg/akan meng-infak -- infak
(kata kerja lampau) -- (kata kerja saat ini/akan datang) -- (kata benda)


Sedangkan Fiil bentuk asal [حَبَّ [حَبْبَ [Tsulasi Mujarrad, Fiil Madhi] (arti: telah menyukai). Jika di-tashrifkan mengikuti perubahan pada Tsulasi Mazid 1 huruf - bag ke-1, maka akan menjadi:

أَحَبَّ (Fiil Madhy) -- يُحِبُّ (Fiil Mudhari)

Kemudian, kita bisa men-tasrifkan kata2 bentuk fiil mudhari tersebut ke bentuk orang kedua jama' mengikuti Tashrif Fiil Shahih, menjadi:

تُنْفِقُوْنَ --> arti: kalian sdg/akan meng-infa'kan

تُحِبُّوْنَ --> arti: kalian sdg/akan menyukai

4. Bentuk فَعِيْرٌ seperti pada عَليْمٌ , to be discussed later .. arti 'alimun: yg mengetahui

B. TINJAUAN NAHWU
Panduan: 1)Lihat Bab 2 - Part1 Kaidah Umum Bentukan Kalimat 2)Lihat Bab 2 - Part3 Kaidah Umum Bentukan Kalimat - I'rab

Amil Nawaashib
Untuk Fi'il Mudhari, jika didahului oleh amil لـَنْ [arti: tidak akan] dan amil حَتَّى [arti: sehingga] akan dinasafkan (dimanshubkan). Utk jenis fiil mudhari bentuk jama', me-nasafkan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan "Nun" dan diganti oleh "Alif", seperti pada hal berikut ini:

تَنَالُوْنَ --> لَنْ تَنَالُوْا

تُنْفِقُوْنَ --> حَتَّى تُنْفِقُوْا


Amil Jawaazim
Untuk Fi'il Mudhari, jika didahului oleh amil لـَمْ [arti: tidak pernah] dan amil مَا [arti: apapun/apa saja] akan dijazmkan (dikhofadkan). Utk jenis fiil mudhari bentuk jama', men-jazm-kan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan "Nun" dan diganti oleh "Alif", seperti pada hal berikut ini:

تُنْفِقُوْنَ --> مَا تُنْفِقُوْا


Struktur Kalimat
Utk memudahkan pembahasan secara Nahwu, jika diperhatikan, ayat diatas terdiri dari dua bagian kalimat utama yg saling berhubungan. Dan setiap bagian kalimat utama, dapat di pilah lagi menjadi dua kalimat maklum yg saling berhubungan.
Lihat Bab 2, Kaidah Nahwu

1) لـَنْ تَنَالُوْ البِرَّ
Kalimat diatas adalah jenis kalimat maklum muta'adi (kalimat sederhana aktif-lengkap) yg diawali amil "lan". "Tanaluu" adalah fiil (predikat)nya dan mengandung fail orang kedua jama'. Seperti yg telah di bahas diatas, jenis fiil ini adalah fiil Mudhori Tsulasi Mujarrad utk kalimat maklum. "Birro" adalah Ma'ful (object), jenisnya dalam kalimat ini adalah maf'ul bih Isim zhahir.
Sesuai kaidah di bab2 part 1, hukum utk maful bih adalah di manshubkan (dinasafkan), sedangkan fiil yg dimasukkan amil "lan" juga di nasafkan dengan cara penghilangan huruf Nun seperti bahasan diatas.
Arti penggalan kalimat diatasKalian tidak akan memperoleh kebaikan yg luas (red:sempurna)

2) حَتَّى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ
Kalimat diatas adalah jenis kalimat maklum muta'adi (kalimat sederhana aktif-lengkap) yg di awali amil "hatta". "Tunfiquu" adalah fiil (predikat)nya dan juga sudah mengandung fail orang kedua jama'. Seperti yg juga sudah dibahas diatas, jenis fiil adalah fiil Tsulasi Mazid 1 huruf bagian ke-1 utk kalimat maklum. "Mimma" adalah Maf'ul (object), yg berkaitan langsung dengan kata "tuhibbuuna" (arti : kalian sdg menyukai)
Arti penggalan kalimat diatas..sehingga, Kalian meng-infa'kan dari sesuatu yg sedang kalian menyukainya

3) وَ مَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْئٍ
Kalimat diatas adalah jenis kalimat maklum muta'adi (kalimat sederhana aktif-lengkap) yg di awali amil "maa" (arti: apa saja). "Tunfiquu" adalah fiil (predikat)nya dan juga sudah mengandung fail orang kedua jama'. Seperti yg juga sudah dibahas diatas, jenis fiil adalah fiil Tsulasi Mazid 1 huruf bagian ke-1 utk kalimat maklum. "Maa" adalah Maf'ul (object), yg maknanya berkaitan langsung dengan kata "syai'in" (arti : sesuatu) dan di-khafadkan (di kastrohkan) karena pengaruh Harf Djar "min".
Arti penggalan kalimat diatas..dan dari sesuatu apa saja yang kalian infa'-kan

4) فَاِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيْمٌ
Kalimat yg dibentuk dari rangkaian Isim-Isim di-awali oleh harf Athaf (fa) dan Inna. Dalam kalimat ini, "Allaha" adalah Isim, sedangkan "Aliimun" adalah khobar. Karena di awali "Inna" maka Isim "Allah" di nasafkan menjadi "Allaha",dan khobar "Aliimun" tetap dalam bentuk marfu.
Arti penggalan kalimat diatas..maka sesungguhnya Allah yg mengetahui nya [pada sesuatu yg di-infakan]

Keseluruhan arti ayat tersebut(sesuai menurut terjemahan yg ditulis di Al-Quran):
Kalian tidak akan memperoleh kebaikan yg luas (red:sempurna), sampai kalian meng-infa'kan sesuatu yg kalian menyukainya. Dan apa saja yg kalian infa'-kan, maka sesungguhnya Allah yg mengetahui nya




Situs Bisnis:

Jasa SEO Semarang

Jasa Pembuatan Website Semarang

Kerajinan Tembaga


Service AC Semarang

Surat Al Baqarah Ayat 16

Surat Al Baqarah Ayat 16
(QS.2:16)
Surat Al Baqarah Ayat 16
(QS.2:16)
Surat Al Baqarah Ayat 15
Surat Al-Baqarah ayat 14
Surat Al-Baqarah ayat 14
Surat Al Baqarah Ayat 13
Surat Al Baqarah Ayat 13
Surat Al Baqarah Ayat 12
Surat Al Baqarah Ayat 12
Surat Al Baqarah Ayat 11
Surat Al Baqarah Ayat 11
Surat Al Baqarah Ayat 10
Surat Al Baqarah Ayat 10
Surat Al Baqarah Ayat 9
Surat Al Baqarah Ayat 8
Surat Al Baqarah Ayat 8
Surat Al Baqarah Ayat 7
Surat Al Baqarah Ayat 7
Surat Al Baqarah Ayat 6
Surat Al Baqarah Ayat 6
Surat Al Baqarah Ayat 5
Surat Al Baqarah Ayat 5
Surat Al Baqarah Ayat 4
Surat Al Baqarah Ayat 4
Surat Al Baqarah Ayat 3
Surat Al Baqarah Ayat 3
Surat Al Baqarah Ayat 2
Surat Al Baqarah Ayat 2
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Hal ini tegaskan oleh Allah swt. dalam firman-Nya:
Alif lam mim. Turunnya Alquran yang tidak ada keraguan padanya (adalah) dari Tuhan semesta alam. (Q.S As Sajadah: 1 dan 2)
Yang dimaksud “Al Kitab” di sini ialah Alquran . Disebut “Al Kitab.” sebagai isyarat bahwa Alquran harus ditulis, karena itu Nabi Muhammad saw. memerintahkan para sahabat menulis ayat-ayat Alquran
Alquran ini bimbingan bagi orang-orang bertakwa, sehingga ia berbahagia hidup di dunia dan di akhirat nanti.
Orang-orang yang bertakwa ialah orang-orang yang memelihara dan menjaga dirinya dari azab Allah dengan selalu melaksanakan perintah-perintah Allah swt. dan menghentikan larangan-larangan-Nya.
Surat Al Baqarah Ayat 1
Surat Al-Fatihah Ayat 7
(QS.1:7)
Surat Al-Faatihah Ayat 6
Surat Al-Faatihah Ayat 5
Surat Al-Faatihah Ayat 6
Surat Al-Faatihah Ayat 1-4
Surat Al-Faatihah Ayat 1-4
الْحَمْدُ لِلَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.
أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى
Isim Isyarat ulaaika adalah Mubtada’, dan kalimat alladziinasytaro-wudldlolaalata adalah Khobarnya, dimana kata al-ladziina adalah Isim Mausul, dan fi’il Madhi isytarou adalah Silahnya, dan kata adl-dlolaalata adalah Maf’ulnya, dan Jar Majrur bil-huudaa adalah Muta’alliq dengan fi’il Madhi isytarou.

أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.

أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى
Isim Isyarat ulaaika adalah Mubtada’, dan kalimat alladziinasytaro-wudldlolaalata adalah Khobarnya, dimana kata al-ladziina adalah Isim Mausul, dan fi’il Madhi isytarou adalah Silahnya, dan kata adl-dlolaalata adalah Maf’ulnya, dan Jar Majrur bil-huudaa adalah Muta’alliq dengan fi’il Madhi isytarou.

فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ
Kata fa adalah huruf Athaf yang artinya maka, dan kata maa adalah Maa Nafiyah/yang meniadakan, dan kata robihat adalah fi’il Madhi, dimana ta yang bersukun diakhirnya menunjuk kepada makna perempuan, dan Mudhof Mudhof Ilaihi tijaarotuhum adalah Fa’il dari fi’il Madhi robihat.

وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
Kata huruf Wawu mengathafkan kalimat sesudahnya kepada kalimat sebelumnya yakni kalimat maa robihat tijaaarotuhum, dan kata maa adalah Maa Nafiyah/yang meniadakan, dan fi’il Madhi kaanuu adalah terdiri dari kaana dan Isimnya yang Khobarnya adalah kata muhtadiin.

اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.(QS.2:15)
اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ
Kata Alloohu adalah Mubtada’, dan fi’il Mudhari yastahzi’u adalah Khobarnya, dan Jar Majrur bihim dalam posisi Nashob menjadi Maf’ul dari fi’il Mudhari yastahzi’u, susunan kalimat yang seperti ini dinamakan Jumlah Ismiyah yakni susunan kalimat yang terdiri dari Mubtada’ dan Khobar. Read more…
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada syaitan-setan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”.(QS.2:14)
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا
Kata Wa adalah Wawu Isti’naf/permulaan, dan kata idzaa adalah Dzorof Zaman/Isim yang menunjuk kepada makna waktu yang akan datang, dan kata laaqu adalah fi’il Madhi, dan dua kata al-ladziina aamanuu itu adalah menjadi Maf’ulnya fi’il Madhi laaqu.

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada syaitan-setan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”.(QS.2:14)

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا
Kata Wa adalah Wawu Isti’naf/permulaan, dan kata idzaa adalah Dzorof Zaman/Isim yang menunjuk kepada makna waktu yang akan datang, dan kata laaqu adalah fi’il Madhi, dan dua kata al-ladziina aamanuu itu adalah menjadi Maf’ulnya fi’il Madhi laaqu.

قَالُوا آمَنَّا
Fi’il Madhi Qooluu adalah Jawab Syarat, dimana syaratnya adalah kata idzaa dan kalimat sesudahnya yakni kalimat idzaa laqul-ladziina aamanu, dan kata aamannaa adalah fi’il Madhi yang menjadi Qoul/yang diucapkan oleh fi’il Madhi Qooluu.

وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ
Kata Wa adalah Wawu Athaf dan kata idzaa itu adalah Dzorof Zaman/Isim yang menunjuk kepada makna waktu yang akan datang, dan kata Kholau adalah fi’il Madhi, dan Jar Majrur ilaa syayaathiinihim adalah Muta’alliq/berhubungan dengannya.

قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ
Fi’il Madhi Qoolu adalah Jawab Syarat, dimana syaratnya adalah kata idzaa dan kalimat sesudahnya yakni idzaa kholau ilaa syayaathiinihim, dan kata innaa ma’akum yang terdiri dari Isimnya inna dan Khobarnya itu adalah Maqul Qoul/yang diucapkan oleh fi’il Madhi Qooluu.

إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Kata innamaa nahnu mustahzi’uuna adalah masih Maqul Qoul/yang diucapkan oleh Qooluu, dimana kata innamaa itu asalnya adalah inna dan maa dengan arti sesungguhnya kami, dan Dhomir nahnu adalah Mubtada’, dan kata mustahzi’uun adalah Khobarnya.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لا يَعْلَمُونَ
Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”, mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.(QS.2:13)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ
Kata Wa adalah Wawu athaf Isti’naf/permulaan, dan kata idzaa adalah Dhorof Zaman/Isim yang menunjuk kepada makna waktu yang akan datang, dan kata Qiila adalah Fi’il Madhi Majhul/pasif, dan Jar Majrur lahum adalah Muta’alliq dengan Fi’il Madhi Qiila.

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لا يَعْلَمُونَ
Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”, mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.(QS.2:13)

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ
Kata Wa adalah Wawu athaf Isti’naf/permulaan, dan kata idzaa adalah Dhorof Zaman/Isim yang menunjuk kepada makna waktu yang akan datang, dan kata Qiila adalah Fi’il Madhi Majhul/pasif, dan Jar Majrur lahum adalah Muta’alliq dengan Fi’il Madhi Qiila.

آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ
Kata aaminuu adalah fi’il Amer, dan kata maa yang dijarkan oleh huruf Jar ka adalah Maa Masdariyah, yang mana dia beserta Fi’il yang ada di sesudahnya pantas diganti dengan Masdar iimaan, dan kata aamanannaasu itu terdiri dari Fi’il Madhi dan Fa’ilnya.

قَالُوا أَنُؤْمِنُ
Fi’il Madhi Qooluu adalah Jawab Syarat, dimana syaratnya adalah kata idzaa dan kalimat sesudahnya, dan alif yang berharokat fathah adalah huruf Istifham, dan kata nu’minu adalah Fi’il Mudhari yang didalamnya ada Dhomir nahnu/kami yang menjadi Fa’ilnya.

كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ
Kata Maa yang dijarkan oleh huruf Jar ka adalah Maa Masdariyah, yang mana dia beserta fi’il yang ada di sesudahnya pantas diganti dengan Masdarnya fi’il yakni iimaan, dan kata aamana adalah fi’il madhi yang belum ada Fa’ilnya, dan kata jamak as-sufahaa’u yang ada di sesudahnya itu adalah Fa’ilnya fi’il Madhi aamana.

أَلا إِنَّهُمْ
Dua kata alaa adalah huruf Istifham, dan kata alaa itu bisa juga menjadi huruf Tanbih/perhatian yang artinya ingatlah, dan kata huruf inna itu mempunyai Isim dan Khobar, yang mana Dhomir hum yang ada di sesudahnya itu menjadi isimnya inna.

هُمُ السُّفَهَاءُ
Dua kata humus-sufahaa’u yang terdiri dari Mubtada’ dan Khobar itu menjadi Khobarnya inna, dan disamping itu Dhomir hum yang menjadi Mubtada’ itu bisa sebagai Dhomir Fashl/pemisah, lantas kata jamak as-sufahaa’u yang kata tunggalnya safiihun itu menjadi Khobarnya inna.

وَلَكِنْ لا يَعْلَمُونَ
Huruf Athaf wawu mengathafkan kalimat sesudahnya kepada kalimat sebelumnya yakni kalimat innahum humussufahaa’u, dan kata laakin adalah huruf Istidrok/susulan, dimana dia asalnya adalah laakinna, dan kata laa adalah Laa Nafiyah, dan kata ya’lamuuna adalah fi’il Mudhari.
أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لا يَشْعُرُونَ
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar(QS.2:12)
أَلا إِنَّهُمْ
kata ‘alaa adalah huruf istifham, dan dhomir hum menjadi isimnya inna.

أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لا يَشْعُرُونَ
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar(QS.2:12)

أَلا إِنَّهُمْ
kata ‘alaa adalah huruf istifham, dan dhomir hum menjadi isimnya inna.

هُمُ الْمُفْسِدُونَ
Dua kata humul-mufsiduuna yang terdiri dari Mubtada’ dan Khobar ini menjadi Khobarnya inna, dan disamping itu Dhomir hum yang menjadi Mubtada’ itu bisa sebagai Dhomir pemisah, lantas almufsiduuna menjadi Khobarnya inna.

وَلَكِنْ لا يَشْعُرُونَ
Huruf Athaf Wawu mengathafkan kalimat sesudahnya kepada kalimat sebelumnya, dan kata laakin adalah huruf Istidrok/susulan, dan kata laa adalah Laa Nafiyah, dan kata yasy’uruuna adalah Fi’il Mudhari yang didalamnya ada Dhomir hum yang menjadi Fa’ilnya.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”(QS.2:11)

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ
Kata huru Wawu adalah Wawu Isti’naf/permulaan, dan kata idzaa itu adalah Dhorof Zaman/Isim yang menunjuk kepada makna waktu yang akan datang, dan kata Qiila adalah Fi’il Madhi Majhul/pasif, dan Dhomir hum di jarkan oleh huruf jar la.

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”(QS.2:11)


وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ
Kata huru Wawu adalah Wawu Isti’naf/permulaan, dan kata idzaa itu adalah Dhorof Zaman/Isim yang menunjuk kepada makna waktu yang akan datang, dan kata Qiila adalah Fi’il Madhi Majhul/pasif, dan Dhomir hum di jarkan oleh huruf jar la.


لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ
Dua kata laa tufsiduu adalah Fi’il Nahi, dan Jar Majrur Fi’il ardli itu muta’alliq/berhubungan dengan Fi’il Nahi tersebut, dan di dalam Fi’il Mudhari tufsiduu yang dijazemkan oleh Laa Nahi itu ada Dhomir antum/kamu yang menjadi Fa’ilnya.


قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
Fi’il Madhi Qooluu adalah Jawab Syarat, yang syaratnya adalah kata idzaa dan kalimat sesudahnya, dan innamaa nahnu mushlihuuna adalah Maqul Qoul/yang diucapkan oleh Qooluu, dan Dhomir nahnu adalah Mubtada’ dan mushlihuuna adalah Khobarnya.
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.(QS.2:10)


فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
Kata Quluubihim yang terdiri dari mudhof dan Mudhof Ilaih itu dijarkan oleh huruf Jar fii, dia sebagai Khobar Muqoddam/didahulukan, dan kata marodlun menjadi Mubtada’ Muakhkhor/diakhirkan

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.(QS.2:10)




فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
Kata Quluubihim yang terdiri dari mudhof dan Mudhof Ilaih itu dijarkan oleh huruf Jar fii, dia sebagai Khobar Muqoddam/didahulukan, dan kata marodlun menjadi Mubtada’ Muakhkhor/diakhirkan.


فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا
Kata fa adalah huruf Fa’ Athaf yang artinya lalu, dan kata zaada humul-loohu tediri dari fi’il Madhi, Maf’ul Pertamanya, dan Fa’ilnya, dan kata marodlon menjadi Maf’ul keduanya.


وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Kata huruf wawu adalah huruf athaf, dan Jar Majur lahum adalah Khobar Moqoddam, dan kata ‘adzaabun aliimun yang terdiri dari isim yang disifati dan sifatnya itu adalah Mubtada’ Muakhkhor/diakhirkan.


بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Kata huruf Jar bi dinami Ba’ Sababiyah yang artinya disebabkan, dan Isim Mausul maa dijarkan olehnya, dan kata kaanuu itu adalah kaana dan Isimnya, yang khobarnya adalah fi’il Mudhari yakdzibuun.
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.(QS.2:9)

يُخَادِعُونَ اللَّهَ
Kata yukhoodi’uuna adalah fi’il Mudhari yang didalamnya ada Dhomir hum/mereka yang menjadi Fa’ilnya, dan kata Allooha adalah Maf’ulnya, dari kata yukhoodi’uuna itu mengikuti wazan/timbangan yufaa’iluuna. Read more…
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ
Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.(QS.2:8)

وَمِنَ النَّاسِ
Kata huruf wawu adalah wawu Isti’naf/permulaan, dan kata an-naasi dijarkan olehnya, yang Jar Majrur ini bisa menjadi Khobar Muqoddam/didahulukan dan bisa menjadi Mubtada’.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ
Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.(QS.2:8)


وَمِنَ النَّاسِ
Kata huruf wawu adalah wawu Isti’naf/permulaan, dan kata an-naasi dijarkan olehnya, yang Jar Majrur ini bisa menjadi Khobar Muqoddam/didahulukan dan bisa menjadi Mubtada’.


مَنْ يَقُولُ
Kata man adalah Isim Mausul, dan kata yaquulu adalah fi’il Mudhari yang menjadi Silahnya man, yang keduanya bisa menjadi Mubtada’ Muakhkhor/diakhirkan dan bisa menjadi Khobar dan Mubtada’.


آمَنَّا بِاللَّهِ
Kata aamannaa adalah fi’il Madhi dan Fa’ilnya, dan kata billah menjadi Maf’ul keduanya. Kaata aamannaa itu Maf’ul pertamanya.


وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ
Kata huruf wawu adalah Wawu Athaf, dan kata bilyaumil-aakhiri diathafkan olehnya kepada kata billah, kata al-yaumil-aakhiri yang dijarkan oleh kata huruf bi itu terdiri dari kata sifat dan yang disifati, sama-sama pakai alif dan lam dan sama baris akhirnya.


وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ
Kata huruf wawu adalah Wawu Haal yang artinya padahal, dan kata maa adalah Maa Nafiyah dan kata hum adalah Isimnya, dan kata bimu’miniin adalah Khobarnya.
خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.(QS.2:7)

خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ
Kata Allooh menjadi Fa’il dari fi’il Madhi Khotama, dan Mudhof Mudhof Ilaih quluubihim dijarkan oleh huruf Jar ‘alaa, yang Jar Majrur tersebut adalah Muta’alliq/berhubungan dengan fi’il khotama.

خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.(QS.2:7)


خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ
Kata Allooh menjadi Fa’il dari fi’il Madhi Khotama, dan Mudhof Mudhof Ilaih quluubihim dijarkan oleh huruf Jar ‘alaa, yang Jar Majrur tersebut adalah Muta’alliq/berhubungan dengan fi’il khotama.


وَعَلَى سَمْعِهِمْ
Mudhof Mudhof Ilaih sam’ihim yang dijarkan oleh huruf Jar ‘alaa itu diathafkan oleh huruf Athaf wawu kepada quluubihim, yang Jar Majrur tersebut juga Muta’alliq dengan fi’il Khotama.


وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ
Kata ‘alaa abshooriihim yang terdiri dari Jar Majrur itu menjadi Khobar Muqoddam/didahulukan, yang mana kata jamak abshoori itu kata tunggalnya adalah bashorun, dan kata ghisyaawatun adalah Mubtada’ Muakhkhor/diakhirkan.


وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Kata lahum yang terdiri dari Jar Majrur itu menjadi Khobar Muqoddam/didahulukan, dan kata ‘adzaabun ‘adhiimun yang terdiri dari sifat dan yang disifati itu menjadi Mubtada’ Muakhkhor/diakhirkan
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لا يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman.(QS.2:6)


إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
Kata huruf inna itu mempunyai Isim dan Khobar, dan Isim Mausul al-ladziina dan fi’il madhi kafaruu yang menjadi Silahnya al-ladziina itu adalah menjadi Isimnya inna. 
أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.(QS.2:5)


أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ
Isim Isyarat ulaa’ika adalah Mubtada’, dan Jar Majrur ‘alaa hudan adalah Khobar nya ulaa’ika, dan Jar Majrur min robbihim adalah Muta’alliq/berhubungan dengan kata hudan atau bisa juga menjadi sifatnya hudan.

أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.(QS.2:5)



أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ
Isim Isyarat ulaa’ika adalah Mubtada’, dan Jar Majrur ‘alaa hudan adalah Khobar nya ulaa’ika, dan Jar Majrur min robbihim adalah Muta’alliq/berhubungan dengan kata hudan atau bisa juga menjadi sifatnya hudan.


وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Isim Isyarat ulaa’ika sesudah Wawu Athaf itu menjadi Mubtada’, dan Dhomir hum menjadi Dhomir Fasl/pemisah, dan kata al-muflihuuna menjadi Khobarnya ulaa’ika.
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.(QS.2:4)


وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ
Huruf Athaf wawu mengathafkan kalimat sesudahnya kepada kalimat mimmaa rozaqnaahum yunfiquuna, dan disitu kata al-ladziina disebut Isim Mausul dan fi’il Mudhari yu’minuuna adalah Silahnya al-ladziina, dan di dalam fi’il Mudhari yu’minuuna itu ada Fa’il yakni hum/mereka yang kembali kepada al-ladziina.

وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.(QS.2:4)



وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ
Huruf Athaf wawu mengathafkan kalimat sesudahnya kepada kalimat mimmaa rozaqnaahum yunfiquuna, dan disitu kata al-ladziina disebut Isim Mausul dan fi’il Mudhari yu’minuuna adalah Silahnya al-ladziina, dan di dalam fi’il Mudhari yu’minuuna itu ada Fa’il yakni hum/mereka yang kembali kepada al-ladziina.


بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ
Kata bimaa dan fi’il Madhi Majhul/pasif unzila itu dalam posisi Nasob menjadi Maf’ul kedua dari fi’il Mudhari yu’minuuna, dan Jar Majrur ilaika adalah Muta’aliq dengan fi’il unzila.


وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ
Huruf Athaf Wawu mengathafkan kalimat sesudahnya kepada kalimat maa unzila yang ada disebelumnya, dan kata unzila adalah fi’il Madhi Majhul Pasif, yang mana Jar Majrur min qoblika adalah muta’alliq dengan fi’il unzila.


وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
Huruf Athaf wawu mengathafkan kalimat sesudahnya kepada kalimat al-ladziina yu’minuuna….., dan kata bil-aakhiroti dalam posisi Nasob adalah menjadi Maf’ul kedua yang didahulukan dari fi’il Mudhari yuuqinuuna.
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,(QS.2:3)


الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
Empat kata ini menjadi khobar dari Mubtada’ hum yang dibuang dan bisa juga menjadi Bayan/keterangan dari kata al-muttaqiin, dan disitu kata al-ladziina disebut Isim Mausul dan fi’il mudhari yu’minuuna adalah Silahnya al-ladziina, dan Jar Majrur bil ghoibi disitu dalam posisi Nasob adalah menjadi Maf’ul kedua dari fi’il yu’minuuna.

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,(QS.2:3)



الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
Empat kata ini menjadi khobar dari Mubtada’ hum yang dibuang dan bisa juga menjadi Bayan/keterangan dari kata al-muttaqiin, dan disitu kata al-ladziina disebut Isim Mausul dan fi’il mudhari yu’minuuna adalah Silahnya al-ladziina, dan Jar Majrur bil ghoibi disitu dalam posisi Nasob adalah menjadi Maf’ul kedua dari fi’il yu’minuuna.



وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ
Kata yuqiimuunash-sholaata diathafkan oleh huruf athaf wawu kepada kata al-ladziina yu’minuuna bil-ghoibi, dan kata yuqiimuuna adalah fi’il Mudhari yang didalamnya ada Fa’ilnya yakni hum/mereka yang kembali kepada Isim Mausul al-ladziina yang ada di sebelumnya, dan kata ash-sholaata menjadi Maf’ul dari fi’il yuqiimuuna.



وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Huruf Athaf wawu mengathafkan kalimat sesudahnya kepada kalimat yuqiimuunash-sholata, dan kata huruf min yang ada pada mimmaa adalah min dengan arti sebagian, dan kata rozaqnaa adalah fi’il madhi, dan dhomir hum adalah Maf’ulnya dan kata yunfiquuna adalah fi’il mudhari.
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,(QS.2:2)


ذَلِكَ الْكِتَابُ
Isim Isyarat dzaalika adalah Mubtada’, dan kata al-kitaabu menjadi khobarnya dzaalika, dan Isim Isyarat dzaalika itu untuk menunjuk kepada kata benda yang mudzakar/laki-laki, dan setiap Isim Isyarat pasti kata benda, dan setiap kata yang bisa dimasuki oleh huruf tambahan alif dan laam seperti kata al-kitaabu juga pasti kata benda/isim.

ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,(QS.2:2)



ذَلِكَ الْكِتَابُ
Isim Isyarat dzaalika adalah Mubtada’, dan kata al-kitaabu menjadi khobarnya dzaalika, dan Isim Isyarat dzaalika itu untuk menunjuk kepada kata benda yang mudzakar/laki-laki, dan setiap Isim Isyarat pasti kata benda, dan setiap kata yang bisa dimasuki oleh huruf tambahan alif dan laam seperti kata al-kitaabu juga pasti kata benda/isim.


لا رَيْبَ فِيهِ
Kata laa adalah Laa Nafiyah/meniadakan, dan kata laa itu termasuk kata huruf dan dia itu mempunyai Isim dan Khobar, dimana Isimnya adalah kata roiba, dan Khobarnya laa disitu adalah Jar Majrur fiihi yang ada sesudah roiba, dan kata roiba disitu dinasobkan dengan tanda nasob pakai harokat fathah karena laa-nya adalah Laa Linafyiljinsi/laa yang meniadakan sesuatu jenis.


هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Kata hudan menjadi sifat tambahan dari kata al-kitaabu sebelumnya, dan sifat tambahan itu disebut Haal, jadi kata hudan itu menjadi Haal dari kata al-kitaabu, dan Jar Majrur lil-muttaqiina adalah Muta’alliq/berhubungan dengan kata hudan, dan kata al-muttaqiina itu tanda Jar nya pakai huruf ya’ sebelum nun yang berharokat fathah.

PENJELASAN TAFSIR:
Kitab (Al quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,(QS. 2:2)


Ayat di atas menerangkan bahwa Alquran ini tidak ada keraguan padanya karena ia wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw Nabi yang terakhir dengan perantaraan Jibril a.s.

الم تَنْزِيلُ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya:
الم
Alif Laam Miim. (QS.2:1) Read more…
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.



صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
Kata Shirootho dimudofkan kepada al-ladziina, dan kata an’amta adalah fi’il Madi yang didalamnya ada Fa’il nya yakni anta/engkau, dan kata ‘alaihim itu terdiri dari huruf Jar ‘alaa, dan Majrur nya/yang dijarkan olehnya adalah Dhomir him, dan Jar Majrur ‘alaihim itu menjadi Muta’alliq/berhubungan dengan fi’il Madi an’amta jadi kata shiroothol ladzinina an’amta ‘alaihim adalah menjadi Badal/ganti dari kata ash-shiroothol mustaqiima.



غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ

Kata ghoiri dimudofkan kepada kata al-maghdluubi, dan kata al-maghdluubi itu dijarkan karena menjadi Mudof Ilaih dari kata ghoiri, dan kata ‘alaihim terdiri dari huruf Jar ‘ala dan Domir him yang dijarkan olehnya, dan Jar Majrur ‘alaihim itu dalam posisi Rofa’ menjadi Na’ibul Fa’il dari Isim Maf’ul alh-maghdluubi ‘alaihim itu menjadi Badal atau sifat dari Mudof Ilaih al-ladziina an’amta ‘alaihim.



وَلا الضَّالِّينَ
Kata wa adalah huruf Athaf yang mengathafkan kata ladldloolliina kepada ghoiril-maghdluubil-‘alaihim.
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus (QS.1:6)


اهْدِنَا
Kata Ihdi adalah fi’il Amer/perintah yang didalamnya ada Fa’ilnya yakni anta/engkau, dan kata naa yang berasal dari dhomir nahnu itu adalah menjadi Maf’ul dari fi’il Amer Ihdi, dan fi’il Amer ihdi yang artinya hendaklah engkau menunjuki itu mempunyai dua Maf’ul, dan kata naa yang ada di sesudahnya itu menjadi Maf’ul pertamanya. Read more…
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Surat Al-Faatihah ayat 5: “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”.(QS.1:5)


إِيَّاكَ نَعْبُدُ
Kata Iyyaa dan ka adalah menjadi Maf’ul dari fi’il Mudhori Na’budu. Disitu Maf’ulnya didahulukan dari fi’ilnya, yang biasanya Maf’ul itu dibelakang fi’il. Oleh karena itu dia dinamai Maf’ul Muqoddam yang artinya Maf’ul yang didahulukan dari fi’ilnya, dan kata na’budu adalah fi’il mudhori yang didalamnya ada fa’ilnya yakni nahnu/kami.

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus (QS.1:6)



اهْدِنَا
Kata Ihdi adalah fi’il Amer/perintah yang didalamnya ada Fa’ilnya yakni anta/engkau, dan kata naa yang berasal dari dhomir nahnu itu adalah menjadi Maf’ul dari fi’il Amer Ihdi, dan fi’il Amer ihdi yang artinya hendaklah engkau menunjuki itu mempunyai dua Maf’ul, dan kata naa yang ada di sesudahnya itu menjadi Maf’ul pertamanya.



الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Kata Ash-Shirootho yang disifati dengan kata Al-Mustaqiima itu adalah menjadi Maf’ul kedua dari fi’il Amer ihdi yang ada di sebelumnya, dan kata sifat itu selalu mengikuti dari kata yang disifatinya, oleh karena itu kata al-mustaqiima dinasobkan mengikuti kata ash-shirootho yang dinasobkan, dan kata sifat al-mustaqiima terdiri dari kata benda tunggal karena kata ash-shirootho terdiri dari kata benda tunggal, dll.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.(QS.1:1)
بِسْمِ اللَّهِ
Kata Bismil-laahi terdiri dari tiga kata yakni huruf  jar bi, kata ismi, dan kata Alloohi, dan kata ismi yang dijarkan oleh huruf jar bi itu menjadi Mudhof, dan kata Alloohi menjadi Mudhof ilaihnya.
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Kata Ar-rohmaanir-rohiimi itu terdiri dari dua kata yakni kata Ar-rohmaani dan kata Ar-roohiimi, yang mana keduanya menjadi sifat dari kata Alloohi, dan kedudukannya berasal dari kata pokok yang sama yakni rohmatan.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.(QS.1:1)
بِسْمِ اللَّهِ
Kata Bismil-laahi terdiri dari tiga kata yakni huruf  jar bi, kata ismi, dan kata Alloohi, dan kata ismi yang dijarkan oleh huruf jar bi itu menjadi Mudhof, dan kata Alloohi menjadi Mudhof ilaihnya.
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Kata Ar-rohmaanir-rohiimi itu terdiri dari dua kata yakni kata Ar-rohmaani dan kata Ar-roohiimi, yang mana keduanya menjadi sifat dari kata Alloohi, dan kedudukannya berasal dari kata pokok yang sama yakni rohmatan.

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,”.(QS.1:2)
Kata Alhamdu adalah kata benda/Isim, yang mana dia menjadi Mubtada’, dan Jar Majrur lil-laahi adalah khobarnya, dan kata lil-laahi itu terdiri dari dua kata yakni terdiri huruf jar li dan kata Alloohi.

رَبِّ الْعَالَمِينَ
Kata Robbi yang dimudhofkan pada kata Al-‘aalamiina itu menjadi Badal dari kata Alloohi yang ada di sebelumnya, disitu kata robbi yang menjadi Mudhof dijarkan karena kata Alloohi yang digantikannya dijarkan, dan kata al-‘aalamiina yang asalnya al-‘aalamuuna itu dijarkan karena menjadi Mudhof Ilaih dari kata Mudhof robbi

“Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,”.(QS.1:3)
Kata ar-rohmaanir-rohiimi itu terdiri dari dua kata yakni kata ar-rohmaani dan kata ar-rohiimi, yang mana keduanya berasal dari kata pokok yang sama yakni dari kata rohmatan, dan kata ar-rohmaanir-rohiimi yang kedua ini disamping dia bisa menjadi sifat dari kata Alloohi yang ada sebelum robbil-‘aalamiina, dia juga bisa menjadi sifat dari kata robbill-‘aalamina

مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Yang menguasai hari pembalasan.(QS.1:4)
Kata maaliki yaumid-diini itu terdiri dari tiga kata benda/isim, yakni kata maaliki, kata yaumi, dan kata ad-diini, yang mana kata maaliki menjadi Mudhof, dan kata yaumi menjadi Mudhof  ilaihnya, dan disamping itu kata yaumi juga menjadi Mudhof, dimana kata ad-diini menjadi Mudhof Ilaihnya, dan tiga kata itu menjadi sifat dari kata Alloohi atau bisa juga menjadi sifat dari kata robbil-‘aalamiina.



Situs Bisnis:

Jasa SEO Semarang

Jasa Pembuatan Website Semarang

Kerajinan Tembaga

Service AC Semarang