Surat Al Baqarah Ayat 16
(QS.2:16)
Surat Al Baqarah Ayat 16
(QS.2:16)
Surat Al Baqarah Ayat 15
Surat Al-Baqarah ayat 14
Surat Al-Baqarah ayat 14
Surat Al Baqarah Ayat 13
Surat Al Baqarah Ayat 13
Surat Al Baqarah Ayat 12
Surat Al Baqarah Ayat 12
Surat Al Baqarah Ayat 11
Surat Al Baqarah Ayat 11
Surat Al Baqarah Ayat 10
Surat Al Baqarah Ayat 10
Surat Al Baqarah Ayat 9
Surat Al Baqarah Ayat 8
Surat Al Baqarah Ayat 8
Surat Al Baqarah Ayat 7
Surat Al Baqarah Ayat 7
Surat Al Baqarah Ayat 6
Surat Al Baqarah Ayat 6
Surat Al Baqarah Ayat 5
Surat Al Baqarah Ayat 5
Surat Al Baqarah Ayat 4
Surat Al Baqarah Ayat 4
Surat Al Baqarah Ayat 3
Surat Al Baqarah Ayat 3
Surat Al Baqarah Ayat 2
Surat Al Baqarah Ayat 2
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Hal ini tegaskan oleh Allah swt. dalam firman-Nya:
Alif lam mim. Turunnya Alquran yang tidak ada keraguan padanya (adalah) dari Tuhan semesta alam. (Q.S As Sajadah: 1 dan 2)
Yang dimaksud “Al Kitab” di sini ialah Alquran . Disebut “Al Kitab.”
sebagai isyarat bahwa Alquran harus ditulis, karena itu Nabi Muhammad
saw. memerintahkan para sahabat menulis ayat-ayat Alquran
Alquran ini bimbingan bagi orang-orang bertakwa, sehingga ia berbahagia hidup di dunia dan di akhirat nanti.
Orang-orang yang bertakwa ialah orang-orang yang memelihara dan menjaga
dirinya dari azab Allah dengan selalu melaksanakan perintah-perintah
Allah swt. dan menghentikan larangan-larangan-Nya.
Surat Al Baqarah Ayat 1
Surat Al-Fatihah Ayat 7
(QS.1:7)
Surat Al-Faatihah Ayat 6
Surat Al-Faatihah Ayat 5
Surat Al-Faatihah Ayat 6
Surat Al-Faatihah Ayat 1-4
Surat Al-Faatihah Ayat 1-4
الْحَمْدُ لِلَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
Mereka itulah orang yang membeli
kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka
dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.
أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى
Isim Isyarat ulaaika adalah Mubtada’, dan kalimat alladziinasytaro-wudldlolaalata adalah Khobarnya, dimana kata al-ladziina adalah Isim Mausul, dan fi’il Madhi isytarou adalah Silahnya, dan kata adl-dlolaalata adalah Maf’ulnya, dan Jar Majrur bil-huudaa adalah Muta’alliq dengan fi’il Madhi isytarou.
أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
Mereka itulah orang yang membeli
kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka
dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.
أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى
Isim Isyarat ulaaika adalah Mubtada’, dan kalimat alladziinasytaro-wudldlolaalata adalah Khobarnya, dimana kata al-ladziina adalah Isim Mausul, dan fi’il Madhi isytarou adalah Silahnya, dan kata adl-dlolaalata adalah Maf’ulnya, dan Jar Majrur bil-huudaa adalah Muta’alliq dengan fi’il Madhi isytarou.
فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ
Kata fa adalah huruf Athaf yang artinya maka, dan kata maa adalah Maa Nafiyah/yang meniadakan, dan kata robihat adalah fi’il Madhi, dimana ta yang bersukun diakhirnya menunjuk kepada makna perempuan, dan Mudhof Mudhof Ilaihi tijaarotuhum adalah Fa’il dari fi’il Madhi robihat.
وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
Kata huruf Wawu mengathafkan kalimat sesudahnya kepada kalimat sebelumnya yakni kalimat maa robihat tijaaarotuhum, dan kata maa adalah Maa Nafiyah/yang meniadakan, dan fi’il Madhi kaanuu adalah terdiri dari kaana dan Isimnya yang Khobarnya adalah kata muhtadiin.
اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.(QS.2:15)
اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ
Kata Alloohu adalah Mubtada’, dan fi’il Mudhari yastahzi’u adalah Khobarnya, dan Jar Majrur bihim dalam posisi Nashob menjadi Maf’ul dari fi’il Mudhari yastahzi’u, susunan kalimat yang seperti ini dinamakan Jumlah Ismiyah yakni susunan kalimat yang terdiri dari Mubtada’ dan Khobar. Read more…
Januari 18, 2011
tafsiralquranuntukmu
وَإِذَا
لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى
شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Dan bila mereka berjumpa dengan
orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan
bila mereka kembali kepada syaitan-setan mereka, mereka mengatakan:
“Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah
berolok-olok”.(QS.2:14)
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا
Kata Wa adalah Wawu Isti’naf/permulaan, dan kata idzaa adalah Dzorof Zaman/Isim yang menunjuk kepada makna waktu yang akan datang, dan kata laaqu adalah fi’il Madhi, dan dua kata al-ladziina aamanuu itu adalah menjadi Maf’ulnya fi’il Madhi laaqu.
وَإِذَا
لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى
شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Dan bila mereka berjumpa dengan
orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan
bila mereka kembali kepada syaitan-setan mereka, mereka mengatakan:
“Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah
berolok-olok”.(QS.2:14)
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا
Kata Wa adalah Wawu Isti’naf/permulaan, dan kata idzaa adalah Dzorof Zaman/Isim yang menunjuk kepada makna waktu yang akan datang, dan kata laaqu adalah fi’il Madhi, dan dua kata al-ladziina aamanuu itu adalah menjadi Maf’ulnya fi’il Madhi laaqu.
قَالُوا آمَنَّا
Fi’il Madhi Qooluu adalah Jawab Syarat, dimana syaratnya adalah kata idzaa dan kalimat sesudahnya yakni kalimat idzaa laqul-ladziina aamanu, dan kata aamannaa adalah fi’il Madhi yang menjadi Qoul/yang diucapkan oleh fi’il Madhi Qooluu.
وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ
Kata Wa adalah Wawu Athaf dan kata idzaa itu adalah Dzorof Zaman/Isim yang menunjuk kepada makna waktu yang akan datang, dan kata Kholau adalah fi’il Madhi, dan Jar Majrur ilaa syayaathiinihim adalah Muta’alliq/berhubungan dengannya.
قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ
Fi’il Madhi Qoolu adalah Jawab Syarat, dimana syaratnya adalah kata idzaa dan kalimat sesudahnya yakni idzaa kholau ilaa syayaathiinihim, dan kata innaa ma’akum yang terdiri dari Isimnya inna dan Khobarnya itu adalah Maqul Qoul/yang diucapkan oleh fi’il Madhi Qooluu.
إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Kata innamaa nahnu mustahzi’uuna adalah masih Maqul Qoul/yang diucapkan oleh Qooluu, dimana kata innamaa itu asalnya adalah inna dan maa dengan arti sesungguhnya kami, dan Dhomir nahnu adalah Mubtada’, dan kata mustahzi’uun adalah Khobarnya.
وَإِذَا
قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا
آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لا
يَعْلَمُونَ
Apabila dikatakan kepada mereka:
“Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”, mereka
menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu
telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh,
tetapi mereka tidak tahu.(QS.2:13)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ
Kata Wa adalah Wawu athaf Isti’naf/permulaan, dan kata idzaa adalah Dhorof Zaman/Isim yang menunjuk kepada makna waktu yang akan datang, dan kata Qiila adalah Fi’il Madhi Majhul/pasif, dan Jar Majrur lahum adalah Muta’alliq dengan Fi’il Madhi Qiila.
وَإِذَا
قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا
آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لا
يَعْلَمُونَ
Apabila dikatakan kepada mereka:
“Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”, mereka
menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu
telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh,
tetapi mereka tidak tahu.(QS.2:13)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ
Kata Wa adalah Wawu athaf Isti’naf/permulaan, dan kata idzaa adalah Dhorof Zaman/Isim yang menunjuk kepada makna waktu yang akan datang, dan kata Qiila adalah Fi’il Madhi Majhul/pasif, dan Jar Majrur lahum adalah Muta’alliq dengan Fi’il Madhi Qiila.
آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ
Kata aaminuu adalah fi’il Amer, dan kata maa yang dijarkan oleh huruf Jar ka adalah Maa Masdariyah, yang mana dia beserta Fi’il yang ada di sesudahnya pantas diganti dengan Masdar iimaan, dan kata aamanannaasu itu terdiri dari Fi’il Madhi dan Fa’ilnya.
قَالُوا أَنُؤْمِنُ
Fi’il Madhi Qooluu adalah Jawab Syarat, dimana syaratnya adalah kata idzaa dan kalimat sesudahnya, dan alif yang berharokat fathah adalah huruf Istifham, dan kata nu’minu adalah Fi’il Mudhari yang didalamnya ada Dhomir nahnu/kami yang menjadi Fa’ilnya.
كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ
Kata Maa yang dijarkan oleh huruf Jar ka adalah Maa Masdariyah, yang mana dia beserta fi’il yang ada di sesudahnya pantas diganti dengan Masdarnya fi’il yakni iimaan, dan kata aamana adalah fi’il madhi yang belum ada Fa’ilnya, dan kata jamak as-sufahaa’u yang ada di sesudahnya itu adalah Fa’ilnya fi’il Madhi aamana.
أَلا إِنَّهُمْ
Dua kata alaa adalah huruf Istifham, dan kata alaa itu bisa juga menjadi huruf Tanbih/perhatian yang artinya ingatlah, dan kata huruf inna itu mempunyai Isim dan Khobar, yang mana Dhomir hum yang ada di sesudahnya itu menjadi isimnya inna.
هُمُ السُّفَهَاءُ
Dua kata humus-sufahaa’u yang terdiri dari Mubtada’ dan Khobar itu menjadi Khobarnya inna, dan disamping itu Dhomir hum yang menjadi Mubtada’ itu bisa sebagai Dhomir Fashl/pemisah, lantas kata jamak as-sufahaa’u yang kata tunggalnya safiihun itu menjadi Khobarnya inna.
وَلَكِنْ لا يَعْلَمُونَ
Huruf Athaf wawu mengathafkan kalimat sesudahnya kepada kalimat sebelumnya yakni kalimat innahum humussufahaa’u, dan kata laakin adalah huruf Istidrok/susulan, dimana dia asalnya adalah laakinna, dan kata laa adalah Laa Nafiyah, dan kata ya’lamuuna adalah fi’il Mudhari.
أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لا يَشْعُرُونَ
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar(QS.2:12)
أَلا إِنَّهُمْ
kata ‘alaa adalah huruf istifham, dan dhomir hum menjadi isimnya inna.
أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لا يَشْعُرُونَ
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar(QS.2:12)
أَلا إِنَّهُمْ
kata ‘alaa adalah huruf istifham, dan dhomir hum menjadi isimnya inna.
هُمُ الْمُفْسِدُونَ
Dua kata humul-mufsiduuna yang terdiri dari Mubtada’ dan Khobar ini
menjadi Khobarnya inna, dan disamping itu Dhomir hum yang menjadi
Mubtada’ itu bisa sebagai Dhomir pemisah, lantas almufsiduuna menjadi
Khobarnya inna.
وَلَكِنْ لا يَشْعُرُونَ
Huruf Athaf Wawu mengathafkan kalimat sesudahnya kepada kalimat
sebelumnya, dan kata laakin adalah huruf Istidrok/susulan, dan kata laa
adalah Laa Nafiyah, dan kata yasy’uruuna adalah Fi’il Mudhari yang
didalamnya ada Dhomir hum yang menjadi Fa’ilnya.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
Dan bila dikatakan kepada
mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab:
“Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”(QS.2:11)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ
Kata huru Wawu adalah Wawu Isti’naf/permulaan, dan kata idzaa itu adalah Dhorof Zaman/Isim yang menunjuk kepada makna waktu yang akan datang, dan kata Qiila adalah Fi’il Madhi Majhul/pasif, dan Dhomir hum di jarkan oleh huruf jar la.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
Dan bila dikatakan kepada
mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab:
“Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”(QS.2:11)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ
Kata huru Wawu adalah Wawu Isti’naf/permulaan, dan kata idzaa itu adalah Dhorof Zaman/Isim yang menunjuk kepada makna waktu yang akan datang, dan kata Qiila adalah Fi’il Madhi Majhul/pasif, dan Dhomir hum di jarkan oleh huruf jar la.
لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ
Dua kata laa tufsiduu adalah Fi’il Nahi, dan Jar Majrur Fi’il ardli itu muta’alliq/berhubungan dengan Fi’il Nahi tersebut, dan di dalam Fi’il Mudhari tufsiduu yang dijazemkan oleh Laa Nahi itu ada Dhomir antum/kamu yang menjadi Fa’ilnya.
قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
Fi’il Madhi Qooluu adalah Jawab Syarat, yang syaratnya adalah kata idzaa dan kalimat sesudahnya, dan innamaa nahnu mushlihuuna adalah Maqul Qoul/yang diucapkan oleh Qooluu, dan Dhomir nahnu adalah Mubtada’ dan mushlihuuna adalah Khobarnya.
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Dalam hati mereka ada penyakit,
lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta.(QS.2:10)
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
Kata Quluubihim yang terdiri dari mudhof dan Mudhof Ilaih itu dijarkan oleh huruf Jar fii, dia sebagai Khobar Muqoddam/didahulukan, dan kata marodlun menjadi Mubtada’ Muakhkhor/diakhirkan
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Dalam hati mereka ada penyakit,
lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta.(QS.2:10)
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
Kata Quluubihim yang terdiri dari mudhof dan Mudhof Ilaih itu dijarkan oleh huruf Jar fii, dia sebagai Khobar Muqoddam/didahulukan, dan kata marodlun menjadi Mubtada’ Muakhkhor/diakhirkan.
فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا
Kata fa adalah huruf Fa’ Athaf yang artinya lalu, dan kata zaada humul-loohu tediri dari fi’il Madhi, Maf’ul Pertamanya, dan Fa’ilnya, dan kata marodlon menjadi Maf’ul keduanya.
وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Kata huruf wawu adalah huruf athaf, dan Jar Majur lahum adalah Khobar Moqoddam, dan kata ‘adzaabun aliimun yang terdiri dari isim yang disifati dan sifatnya itu adalah Mubtada’ Muakhkhor/diakhirkan.
بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Kata huruf Jar bi dinami Ba’ Sababiyah yang artinya disebabkan, dan Isim Mausul maa dijarkan olehnya, dan kata kaanuu itu adalah kaana dan Isimnya, yang khobarnya adalah fi’il Mudhari yakdzibuun.
.
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,(QS.2:2)
ذَلِكَ الْكِتَابُ
Isim Isyarat dzaalika adalah Mubtada’, dan kata al-kitaabu menjadi khobarnya dzaalika, dan Isim Isyarat dzaalika itu untuk menunjuk kepada kata benda yang mudzakar/laki-laki, dan setiap Isim Isyarat pasti kata benda, dan setiap kata yang bisa dimasuki oleh huruf tambahan alif dan laam seperti kata al-kitaabu juga pasti kata benda/isim.
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,(QS.2:2)
ذَلِكَ الْكِتَابُ
Isim Isyarat dzaalika adalah Mubtada’, dan kata al-kitaabu menjadi khobarnya dzaalika, dan Isim Isyarat dzaalika itu untuk menunjuk kepada kata benda yang mudzakar/laki-laki, dan setiap Isim Isyarat pasti kata benda, dan setiap kata yang bisa dimasuki oleh huruf tambahan alif dan laam seperti kata al-kitaabu juga pasti kata benda/isim.
لا رَيْبَ فِيهِ
Kata laa adalah Laa Nafiyah/meniadakan, dan kata laa itu termasuk kata huruf dan dia itu mempunyai Isim dan Khobar, dimana Isimnya adalah kata roiba, dan Khobarnya laa disitu adalah Jar Majrur fiihi yang ada sesudah roiba, dan kata roiba disitu dinasobkan dengan tanda nasob pakai harokat fathah karena laa-nya adalah Laa Linafyiljinsi/laa yang meniadakan sesuatu jenis.
هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Kata hudan menjadi sifat tambahan dari kata al-kitaabu sebelumnya, dan sifat tambahan itu disebut Haal, jadi kata hudan itu menjadi Haal dari kata al-kitaabu, dan Jar Majrur lil-muttaqiina adalah Muta’alliq/berhubungan dengan kata hudan, dan kata al-muttaqiina itu tanda Jar nya pakai huruf ya’ sebelum nun yang berharokat fathah.
PENJELASAN TAFSIR:
Kitab (Al quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,(QS. 2:2)
Ayat di atas menerangkan bahwa Alquran ini tidak ada keraguan padanya
karena ia wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
Nabi yang terakhir dengan perantaraan Jibril a.s.
الم تَنْزِيلُ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya:
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
(yaitu) jalan orang-orang yang
telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
Kata Shirootho dimudofkan kepada al-ladziina, dan kata an’amta adalah fi’il Madi yang didalamnya ada Fa’il nya yakni anta/engkau, dan kata ‘alaihim itu terdiri dari huruf Jar ‘alaa, dan Majrur nya/yang dijarkan olehnya adalah Dhomir him, dan Jar Majrur ‘alaihim itu menjadi Muta’alliq/berhubungan dengan fi’il Madi an’amta jadi kata shiroothol ladzinina an’amta ‘alaihim adalah menjadi Badal/ganti dari kata ash-shiroothol mustaqiima.
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ
Kata ghoiri dimudofkan kepada kata al-maghdluubi, dan kata al-maghdluubi itu dijarkan karena menjadi Mudof Ilaih dari kata ghoiri, dan kata ‘alaihim terdiri dari huruf Jar ‘ala dan Domir him yang dijarkan olehnya, dan Jar Majrur ‘alaihim itu dalam posisi Rofa’ menjadi Na’ibul Fa’il dari Isim Maf’ul alh-maghdluubi ‘alaihim itu menjadi Badal atau sifat dari Mudof Ilaih al-ladziina an’amta ‘alaihim.
وَلا الضَّالِّينَ
Kata wa adalah huruf Athaf yang mengathafkan kata ladldloolliina kepada ghoiril-maghdluubil-‘alaihim.
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus (QS.1:6)
اهْدِنَا
Kata Ihdi adalah fi’il Amer/perintah yang didalamnya ada Fa’ilnya yakni anta/engkau, dan kata naa yang berasal dari dhomir nahnu itu adalah menjadi Maf’ul dari fi’il Amer Ihdi, dan fi’il Amer ihdi yang artinya hendaklah engkau menunjuki itu mempunyai dua Maf’ul, dan kata naa yang ada di sesudahnya itu menjadi Maf’ul pertamanya. Read more…
April 27, 2009
tafsiralquranuntukmu
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Surat Al-Faatihah ayat 5: “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”.(QS.1:5)
إِيَّاكَ نَعْبُدُ
Kata Iyyaa dan ka adalah menjadi Maf’ul dari fi’il Mudhori Na’budu. Disitu Maf’ulnya didahulukan dari fi’ilnya, yang biasanya Maf’ul itu dibelakang fi’il. Oleh karena itu dia dinamai Maf’ul Muqoddam yang artinya Maf’ul yang didahulukan dari fi’ilnya, dan kata na’budu adalah fi’il mudhori yang didalamnya ada fa’ilnya yakni nahnu/kami.
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus (QS.1:6)
اهْدِنَا
Kata Ihdi adalah fi’il Amer/perintah yang didalamnya ada Fa’ilnya yakni anta/engkau, dan kata naa yang berasal dari dhomir nahnu itu adalah menjadi Maf’ul dari fi’il Amer Ihdi, dan fi’il Amer ihdi yang artinya hendaklah engkau menunjuki itu mempunyai dua Maf’ul, dan kata naa yang ada di sesudahnya itu menjadi Maf’ul pertamanya.
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Kata Ash-Shirootho yang disifati dengan kata Al-Mustaqiima itu adalah menjadi Maf’ul kedua dari fi’il Amer ihdi yang ada di sebelumnya, dan kata sifat itu selalu mengikuti dari kata yang disifatinya, oleh karena itu kata al-mustaqiima dinasobkan mengikuti kata ash-shirootho yang dinasobkan, dan kata sifat al-mustaqiima terdiri dari kata benda tunggal karena kata ash-shirootho terdiri dari kata benda tunggal, dll.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.(QS.1:1)
بِسْمِ اللَّهِ
Kata Bismil-laahi terdiri dari tiga kata yakni huruf jar bi, kata ismi, dan kata Alloohi, dan kata ismi yang dijarkan oleh huruf jar bi itu menjadi Mudhof, dan kata Alloohi menjadi Mudhof ilaihnya.
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Kata Ar-rohmaanir-rohiimi itu terdiri dari dua kata yakni kata Ar-rohmaani dan kata Ar-roohiimi, yang mana keduanya menjadi sifat dari kata Alloohi, dan kedudukannya berasal dari kata pokok yang sama yakni rohmatan.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.(QS.1:1)
بِسْمِ اللَّهِ
Kata Bismil-laahi terdiri dari tiga kata yakni huruf jar bi, kata ismi, dan kata Alloohi, dan kata ismi yang dijarkan oleh huruf jar bi itu menjadi Mudhof, dan kata Alloohi menjadi Mudhof ilaihnya.
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Kata Ar-rohmaanir-rohiimi itu terdiri dari dua kata yakni kata Ar-rohmaani dan kata Ar-roohiimi, yang mana keduanya menjadi sifat dari kata Alloohi, dan kedudukannya berasal dari kata pokok yang sama yakni rohmatan.
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,”.(QS.1:2)
Kata Alhamdu adalah kata benda/Isim, yang mana dia menjadi Mubtada’, dan Jar Majrur lil-laahi adalah khobarnya, dan kata lil-laahi itu terdiri dari dua kata yakni terdiri huruf jar li dan kata Alloohi.
رَبِّ الْعَالَمِينَ
Kata Robbi yang dimudhofkan pada kata Al-‘aalamiina itu menjadi Badal dari kata Alloohi yang ada di sebelumnya, disitu kata robbi yang menjadi Mudhof dijarkan karena kata Alloohi yang digantikannya dijarkan, dan kata al-‘aalamiina yang asalnya al-‘aalamuuna itu dijarkan karena menjadi Mudhof Ilaih dari kata Mudhof robbi
“Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,”.(QS.1:3)
Kata ar-rohmaanir-rohiimi itu terdiri dari dua kata yakni kata ar-rohmaani dan kata ar-rohiimi, yang mana keduanya berasal dari kata pokok yang sama yakni dari kata rohmatan, dan kata ar-rohmaanir-rohiimi yang kedua ini disamping dia bisa menjadi sifat dari kata Alloohi yang ada sebelum robbil-‘aalamiina, dia juga bisa menjadi sifat dari kata robbill-‘aalamina
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Yang menguasai hari pembalasan.(QS.1:4)
Kata maaliki yaumid-diini itu terdiri dari tiga kata benda/isim, yakni kata maaliki, kata yaumi, dan kata ad-diini, yang mana kata maaliki menjadi Mudhof, dan kata yaumi menjadi Mudhof ilaihnya, dan disamping itu kata yaumi juga menjadi Mudhof, dimana kata ad-diini menjadi Mudhof Ilaihnya, dan tiga kata itu menjadi sifat dari kata Alloohi atau bisa juga menjadi sifat dari kata robbil-‘aalamiina.
Situs Bisnis: